Friday, January 23, 2015

Membeli rumah pertama dengan KTA

Pada akhir tahun 2008, dimana pada saat itu saya lebih memprioritaskan penggunaan tabungan atau KTA (Kredit Tanpa Agunan) untuk modal usaha, saya ditawari rumah oleh salah seorang kenalan. Alasan rumah tersebut dijual adalah karena ada sesuatu yang urgen, butuh uang cepat & tidak ada saudara yang bisa meminjamkan uang...jadi dia memutuskan untuk menjual rumahnya.

Sayapun melakukan survey rumah. Kelebihan : lokasi perumahan, masih masuk Kota Tangerang, harga jual rumah masih terjangkau oleh saya...total sekitar 80jt (65jt untuk penjual & sisanya untuk pelunasan KPR di BTN, biaya Notaris dan sebagainya). Kelemahan : katanya masuk wilayah banjir (ada orang lain yang ngasih tau), dulu pengajuan KPR memakai nama kakak-nya tapi kakak penjual tersebut domisilinya masih di Tangerang jadi bisa dihubungi kapan saja.

Singkat cerita saya memutuskan untuk membeli rumah tersebut, ngasih DP, namun saya minta waktu beberapa hari untuk mengurus permohonan KTA. Kenapa KTA (Kredit Tanpa Agunan) bukan KPR (Kredit Pemilikan Rumah) ? Karena penjualnya perlu uang cepat, proses KTA lebih cepat, lebih familiar dengan KTA & persyaratan KTA lebih simple. Jika saja proses KPR semudah KTA tentunya saya lebih memilih menggunakan KPR (karena bunganya bisa lebih rendah)

Lalu dana dari KTA Bank Mandiri cair, KTA + Tabungan = cukup untuk membayar ke Pihak Penjual, melunasi sisa cicilan di BTN & biaya Notaris.

Saya menyerahkan sebagian dana ke Pihak Penjual, lalu saya menuju BTN untuk melunasi sisa cicilan KPR, tapi waktu itu Bagian KPR BTN mengharuskan Nasabahnya yang meminta data sisa angsuran tersebut . Akhirnya saya kembali dan menyerahkan sejumlah uang ke Pihak Penjual untuk melunasi cicilan KPR & sekaligus mengambil sertifikat rumah, IMB dan dokumen lainnya.

Setelah dokumen-dokumen sampai ke tangan saya, saya langsung menghubungi kenalan Staf Notaris (hanya pajak pembelian yang saya urus sendiri, lain-lainnya diurus oleh Notaris). Lalu beberapa bulan kemudian saya mendapatkan beberapa dokumen yang salah satunya adalah Sertifikat Hak Milik yang telah dibalik nama. Selanjutnya banyak yang bilang kalau saya melakukan keputusan bodoh karena membeli rumah di wilayah banjir, pertimbangan saya menolong orang lain yang perlu uang cepat sama sekali tidak dilihat :)

No comments:

Post a Comment