Friday, January 23, 2015

Pengalaman mengurus KPR & Over Kredit Rumah

Tulisan dibawah ini merupakan rangkuman pengalaman saya dalam mengurus KPR (Kredit Pemilikan Rumah) Dan Over Kredit Rumah pada tahun 2013 yang sebelumnya tersebar di beberapa posting yang terpisah di blog saya yang lain.

Dimulai pada Januari 2013, rumah pertama saya di suatu perumahan di Kelurahan Periuk terendam banjir sekitar 1 Meter. Hanya 1 meter tapi sungguh membuat repot, blok lain diperumahan saya ada yang sampai atap. Perumahan lain yang lokasi tanahnya lebih rendah lebih parah lagi. Sambil menunggu banjir surut untuk sementara saya dan istri tinggal disebuah kost-an, selanjutnya ada 2 pilihan : meninggikan lantai rumah atau jual rumah dan pindah.

Saya lebih condong untuk meninggikan lantai rumah karena biayanya lebih murah & karena harga properti di Tangerang  pada tahun 2013 sudah gila-gilaan, namun istri lebih condong untuk jual rumah & pindah. Akhirnya saya ikut keinginan istri.

Banyak tetangga perumahan yang meragukan rumah saya akan laku dijual, sebagian sangat pesimis katanya dijual 50jt pun belum tentu laku. Namun saya tetap mengiklankannya di salah satu situs jual beli, dan mulai nyari-nyari rumah yang bebas banjir. Semoga dengan joint income (Saya yg berprofesi PNS & Istri yg berprofesi sebagai dosen) bisa pindah ke rumah yang bebas banjir.

Mulai banyak mengoleksi brosur-brosur perumahan baru, brosur apartemen, buka situs jual beli online nyari Rumah Second, Ada yang bebas banjir & lokasi strategis tapi harganya 400jt  s.d. 2 Milyar. Ada yang terjangkau tapi lokasinya sangat jauh.

16 Februari 2013, dapet info dari tetangga kost-an yang berprofesi sebagai Tukang Sol Sepatu Keliling, bahwa di belakang Rumah Sakit Annisa Cimone - Tangerang, ada perumahan yang sedang dibangun & katanya lokasinya tidak mungkin banjir karena ada di dataran tinggi. Setelah di cek ternyata memang benar, ada suatu Cluster (100 Rumah) namun lokasinya ditengah-tengah perkampungan (makanya harga bisa agak terjangkau)...dan kebetulan ada satu rumah di Blok E yg tersedia...jadi saya nekad langsung bayar booking fee....lalu karena developernya bekerja sama dengan BSM & BTN, saya juga langsung mengajukan permohonan KPR ke 2 Bank tersebut.

21 Februari 2013, dapet Surat Resmi dari BSM bahwa permohonan KPR saya ditolak!

Kondisi Finansial saya ternyata sangat berantakan.

  • Punya 3 Kartu Kredit itu ternyata merusak reputasi saya saat mengajukan KPR, terutama ketika beberapa kali telat bayar cicilan, saya mikirnya ga terlalu ngaruh karena cicilan kartu kredit itu nominalnya kecil, tapi Pihak Bank mikirnya dikasih utang kecil aja udah ga disiplin apalagi dikasih utang yang besar seperti KPR;

  • masih ada cicilan motor;

  • Ditambah saya masih memiliki Utang KTA yg dulu saya gunakan untuk membeli rumah yang banjir tersebut pada awal tahun 2009.


5 Maret 2013, mengajukan permohonan ke BTN & ternyata kalau memasukkan permohonan KPR ke BTN harus langsung sambil wawancara.

13 Maret 2013 ada petugas  BTN menelpon saya bahwa dia akan Survey Rumah yg saya booking  (Nanya patokan lokasi rumah, apakah saya/Pihak Developer yg akan mendampingi & menanyakan masalah Biaya Apraisal)

28 Maret 2013, SP3K (Surat Penegasan Persetujuan Pemberian/Penyediaan Kredit) dari BTN sudah terbit, namun…Turun Plafon (permohonan Dana KPR saya hanya dikabulkan sekitar 80%) padahal jangka waktu angsuran sudah dimundurkan menjadi 20 tahun!

Dilain Pihak Rumah Lama belum laku, tidak yakin bisa memenuhi deadline pelunasan DP & ga tau dari mana bisa menambal kekurangan 20%.

Singkat cerita…Batal, booking Fee hangus

Meskipun batal, saya jadi tau seluk beluk KPR lebih dalam, 1 bulan terakhir pikiran saya dipenuhi oleh kata-kata seperti  : Booking Fee, KPR, BI Checking, Formulir Pendaftaran KPR, DP, tokobagus.com, konsultasi kesana kemari via sms, whatsapp group, BBM dsb.

Selanjutnya saya mulai merapikan kondisi finansial saya :

  • 2 dari 3 Kartu Kredit ditutup, 1 kartu kredit saya biarkan aktif karena terhubung dengan Paypal yang mana saya perlukan sebagai salah satu modal sebagai seorang Netpreneur;

  • Saya meminta istri untuk mengalihkan gaji yg selama ini diterima secara cash menjadi transfer supaya bisa Pihak Bank bisa lebih percaya;

  • Memusatkan hutang-hutang di 1 bank, memanfaatkan Fasilitas Kretap BRI (Kredit BRIguna), sebagian saya pakai untuk melunasi cicilan motor & KTA Bank Mandiri, sebagian saya simpan untuk keperluan DP target rumah selanjutnya.


Dengan kondisi Finansial yang lebih tertata, saya siap untuk mencari rumah lagi

April 2014, menemukan satu rumah yang bebas banjir  & lokasi masih dikota tangerang tapi kondisi rumah sangat mengkuatirkan (Rumah subsidi), berhubung syarat utama adalah bebas banjir kami berniat mengambil rumah tersebut (lalu kedepannya kondisi bangunan sedikit demi sedikit dibenahi).Namun sayang...Pihak Penjual membatalkan karena sepertinya ada pembeli yang menawar dengan harga yang lebih tinggi.

Nyari-nyari lagi...

Mulai menyerah dengan perumahan, membuka kemungkinan untuk pindah ke perkampungan biasa (yang penting bebas banjir) & sempat menemukan 1 rumah dikawasan perkampungan dekat perumnas tangerang.

Kabar baiknya, Rumah lama saya laku dijual.
Bagaimana caranya rumah banjir bisa laku dijual??, ternyata yang beli adalah orang yang tinggal di perumahan yang banjirnya se-atap, berhubung harga properti di Tangerang yang udah gila-gilaan pembeli rumah tersebut lebih memilih untuk membeli rumah saya & meninggikan lantainya.

Mei 2013, ada info dari Pihak Marketing Cluster (yg dibelakang Rumah Sakit Annisa, Cimone - Tangerang), bahwa ada penghuni Cluster di Blok C yang berencana menjual rumahnya secara Over-Kredit. Angsurannya baru jalan sekitar 6 bulan & pihak penjual masih memiliki Utang KPR di BTN Jakarta Harmoni selama 9 Tahun-an lagi.

Mei 2013, akhirnya saya & istri sepakat dengan pihak penjual. Saya membayarkan hasil penjualan rumah lama & hasil pinjaman dari Kredit Briguna (BRI) sebagai DP (Down Payment). Beberapa minggu kemudian saya dipersilahkan untuk menempati rumah baru, namun status kepemilikan rumah masih atas nama Pihak Penjual karena prosesnya belum tuntas, untuk legalitas sementara saya hanya mengurus Pengikatan Jual Beli ke Notaris. (Tadinya saya ingin mengurus Pengikatan Jual Beli & Kuasa Untuk Menjual, tapi menurut keterangan dari Staf Notaris katanya sekarang yang namanya Kuasa Untuk Menjual sudah tidak ada lagi)

Setelah nanya ke beberapa Bank (BTN Tangerang, BTN Jakarta Harmoni, BRI, Bank DKI, BSM) ternyata proses over kredit itu sama dengan permohonan KPR baru, tidak ada istilahnya meneruskan cicilan Pihak Pertama. Yang ada adalah saya harus melunasi KPR Pihak pertama sampai tuntas & saya harus memohon KPR baru atas nama saya sendiri. Jadi Pihak Bank harus menganalisa ulang kemampuan finansial saya , apakah sanggup membayar angsuran KPR atau tidak.

Dan yang mengejutkan, ternyata Dokumen Pengikatan Jual Beli yang saya urus di Notaris tidak dihiraukan sama sekali sama pihak Bank. Seharusnya dulu saya ke Bank dulu, bukan ke Notaris. Jadi ternyata pemahaman orang-orang tentang Over Kredit selama ini salah, dikiranya cukup ngurus surat-surat ke Notaris lalu urusan selesai...tarnyata harusnya kita memohon KPR baru atas nama kita sendiri yang mana urusannya memang agak ribet.

Juli 2013, saya mengajukan permohonan KPR lagi ke BSM & BTN…dengan kondisi finasial yang lebih rapi.

20 Agustus 2013, ada yang Survey rumah dari BSM. 21 Agustus 2013 dapet e-mail dari petugas BSM tentang Plafon Pembiayaan yang disetujui (terkait Take Over KPR dari BTN ke BSM)

Beberapa hari kemudian, saya mendapat telpon dari Pihak BTN mengenai Jadwal Survey. Setelah mempertimbangkan beberapa hal (Biaya Appraisal, konvensional/syariah, jauh-dekat lokasi Bank, sifat cicilan kedepannya) saya memutuskan untuk meng-Cancel permohonan saya di Bank BTN.

Setelah saya berhasil menjual rumah lama, dapet bantuan dari Kretap BRI, dapet bantuan dari KPR BSM. Ternyata untuk proses sampai tuntas (Biaya Notaris, Pajak Pembelian dsb) uangnya masih kurang sekitar 18jt.

Berhubung penghasilan saya & istri sepertinya sudah mencapai limit (tidak bisa minjem lagi ke Bank) akhirnya saya meminjam dulu ke orang tua :)

Selasa, 17 september 2013 akhirnya bisa Akad...prosesnya dimulai dari Januari 2013  (ngumpulin brosur rumah, brosur apartemen, booking fee, konsultasi ke BTN, BSM, BRI, Bank DKI, Booking Fee Hangus, ketemu perantara yang Aneh, Surat Penolakan, Appraisal, Proses Jual Beli Rumah sebelumnya, pasang iklan di tokobagus.com, hampir tertipu oleh calon pembeli rumah lama, Nanya-nanya Notaris dan sebagainya dan sebagainya) akhirnya bisa pindah secara tuntas ke Rumah baru yang bebas banjir  :D




Artikel lebih detail ada disini :

  1. https://blog.rivaekaputra.com/2013/08/18/8-catatan-mengurus-kpr-kredit-pemilikan-rumah/

  2. https://blog.rivaekaputra.com/2014/07/09/10-catatan-mengurus-over-kredit-rumah/

2 comments:

  1. wahhh gan, perjuangan punya rumahnya mantap sekali superr hehe, cerita yg ckup inspiratif smoga nyaman yah dgn rmh barunya. :)

    ReplyDelete
  2. Gan.. saya mau tanya.. kalau misal rumah over kredit.. apakah DP nya bisa di KPR kan lagi? Contoh rumah over kredit minta dp 100Jt.. tp saya hanya sanggup 50Jt.. yg 50Jt nya lagi minta ajuin ke bank buat dimasukin ke KPR gt.. bsa ga ya? Lalu apakah pengajuan KPR di BRI sulit? Terima kasih.. mohon bantuan jawabannya..

    ReplyDelete